I Found and Lost You in the Spring

PicsArt_1374353511081

Title                : I Found and Lost You in the Spring

Author            : onfanllcouple

Main Cast       : Xi Luhan

Jung Eunwoo

Genre              : love, fantasy

Rating             : general

Length             : oneshot

Happy read and please comment,,, author mau hiatus soalnya… L

Sekarang matahari mulai bersinar kembali, mencairkan butir-butir salju yang menghiasi sekeliling taman. Rumput-rumput mulai menghijau setelah sekian lama sembunyi dalam es. Burung-burung mulai berterbangan lincah diangkasa. Pohon-pohon mulai menunjukkan kembali kegagahannya. Tentu saja bunga juga tak mau ketinggalan. Tangkai demi tangkai bunga mulai bermunculan dari dalam tanah. Semuanya tak ingin ketinggalan menyambut musim semi di taman dekat sungai Han.

Pagi ini kembali cerah setelah sekian lama matahari menyembunyikan sinarnya, sekarang ia memancarkan sinarnya lagi, menembus sebuah jendela kamar rumah sakit. Hangatnya sinar membangunkan seorang pasien yang masih tenggelam dalam mimpinya saat ini. Perlahan namja itu membuka matanya lalu mengangkat tangannya yang diinfus menutupi matanya yang silau karena cahaya matahari.

“ouh… sinar matahari,” namja itu menarik nafasnya sejenak “huuh… sekarang musim semi telah tiba.”

Musim semi telah tiba tapi pria itu hanya bisa berdiam diri kamar berwarna ungu itu. Meskipun kamar itu milik rumah sakit, tapi karena dia seorang pasien tetap. Kamar itu khusus didesain untuk nya, jadi dia bisa merasa seperti di rumah meskipun ia berada di rumah sakit.

Orang-orang diluar sana pasti sedang bermain di taman. Ia juga ingin sekali pergi ke taman didekat sungai Han, pasti menyenangkan piknik bersama keluarga. Tapi namja itu cukup tau diri untuk tidak membayangkannya, ia tau itu tidak mungkin. Saat ini saja ketika ia sakit mama dan papanya entah ada dimana sekarang. Hanya satu yang ia tahu pasti saat ini, orang tuanya pasti sedang sibuk dengan urusan perusahaan.

“Luhan sshi. Selamat pagi.” Sapa seorang suster yang masuk ke dalam kamarnya

“pagi ini cerah bukan? Aku bawakan setangkai bunga azalea untuk mu. Tadi saat aku berangkat menuju rumah sakit ku lihat bunga ini karena berwarna ungu, aku jadi mengingat mu dan ku beli.” Suster itu meletakkan bunganya di atas lemari didekat ranjang si namja. Lalu mengecek keadaannya dan mengisi lembaran kertas yang dibawanya. Setelah itu si suster meninggalkan kamar Luhan.

“tolong jaga diri mu sendiri?” gumam Luhan sambil memandangi bunga itu, lalu menyalakan tv.

“bunga azalea lagi?!” gumam Luhan kesal menonton tv yang menyiarkan tentang pemandangan musim semi di sekitar sungai Han, dihiasi bunga-bunga yang baru bermekaran, moss pink, mugunghwa dan yang paling mendominasi azalea. ‘Kenapa pagi ini harus tentang bunga ?’ kesalnya dalam hati.

“kau cantik, berwarna ungu pula dan harum sekali.” Luhan mengambil setangkai bunga azalea yang diberikan suster tadi.

“tapi sungguh sayang sekali.” Luhan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kenapa kau harus menjadi bunga? Apa bagusnya bunga?” Luhan mengelus kelopak demi kelopak bunga itu

“buat apa kau cantik, buat apa kau membahagiakan orang?”

“kalau pada akhirnya kau hanya akan membuat orang bersedih. Dalam beberapa hari kau akan layu. Kau hanya membuat orang menunggu kapan kau mati?”

“jangan khawatir! Karena kau tak sendiri, aku juga punya nasib yang sama seperti mu.”

“mereka memang selalu berkata kalau keadaan ku semakin baik, usaha ku terapi selama ini membuahkan hasil. Tapi mereka lupa yang paling tau keadaan ku ya diri ku sendiri. Mereka pikir mereka dapat membodohi ku? Mana mungkin seseorang yang dari lahirnya dengan beberapa kelainan organ dalam seperti ku dapat melewati umur 20 tahun. Bukankah itu membutuhkan sebuah keajaiban?”

“huhh…” Luhan meniup angin kecil “sebentar lagi april. Apa aku dapat melewatinya?”

…………………………

Didekat sungai Han seorang anak kecil laki-laki berlari-lari disekitar situ. Sampai akhirnya ia menemukan kumpulan bunga-bunga indah berjajar mulai dari warna merah, kuning, pink, ungu.

“wahhh… bunga-bunga yang cantik. Mungkin kalau aku berikan pada omma, pasti omma akan senang. Tapi yang mana ya ?” namja kecil itu memetik masing-masing satu bunga dari setiap warna. Lalu ia merangkai bunga itu dan kembali berlari menuju ommanya.

“omma ini untuk omma.” Namja mungil itu menyodorkan bunganya

“oh! Bunga azalea. Bunga-bunga yang cantik dari adeul ku tercinta.” Ibu itu langsung memeluk adeulnya lalu mencubit hidung adeulnya gemas

“omma aku petik yang warna ungu untuk omma, tadi cuma ada satu loh…”

“warna ungu?” ibu itu mencari bunga yang berwarna ungu diantara rangkaian bunga yang diberikan adeulnya

“mana sayang? Tidak ada yang warnanya ungu disini.”

“eh?! Tapi aku benar-benar memetik yang berwarna ungu. Bunga itu berbeda dari yang lainnya omma. Ungunya sangat bagus sekali, ungu muda dan ada kilauan-kilauan mengelilingi kelopak bunganya dari luar hingga ke dalam.” Namja mungil itu mencari kembali bunga berwarna ungu yang tadi dipetiknya dari rangkaian bunga yang dibuatnya.

“sudahlah ini juga tidak apa-apa. Omma senang sekali mendapat bunga dari adeul omma.”

“mungkin tadi bunganya jatuh saat aku berlari kesini atau ketinggalan disana ya ?” namja mungil itu hanya menggaruk-garukkan kepalanya.

………………………..

“gamsahamnida euisa, aku akan pulang malam ini juga.”

“tapi Luhan kalau ada apa-apa kau harus langsung kembali atau hubungi aku.”

“ne,” Luhan menundukkan kepalanya mantap.

Setelah dokter pergi dari kamarnya ia segera mengunci pintu dan mengganti baju pasiennya menjadi baju biasa. Bukannya langsung pulang ke rumah Luhan malah menyuruh supirnya membawa mobil ke Sungai Han.

Begitu sampai di sungai Han, Luhan segera mencari tempat yang nyaman untuk nya menyendiri. Malam ini bulan sangat cantik, menampilkan seluruh bagiannya bulat penuh. Sinarnya yang cerah seperti memberikan sebuah kekuatan untuk setiap makhluk yang membutuhkannya.

“hiks… hiks… hiks…”

Luhan menangis juga akhirnya, ia mengingat kembali perkataan dokter. Tadi siang saat ia jalan-jalan dengan tiang infusnya seperti biasa. Luhan tak sengaja mendengar percakapan dokter-dokter yang menanganinya ketika ia melewati ruang dokter Kim.

“mereka bilang aku sudah tidak punya harapan lagi… hiks..hiks…”

“kelainan hati dan ginjal ku semakin menjadi-jadi. Hiks… hiks…”

“mereka bahkan menelpon orang tua ku, agar dapat mengabulkan seluruh permintaan terakhir ku. Hiks.. hiks.. hiks…”

Meskipun dia seorang namja tapi tak salahkan kalau ia menangis? Setidaknya dengan cara ini Luhan dapat meluapkan emosinya.

“hiks… hiks… hiks…”

Air mata itu terus berjatuhan dari mata Luhan. Tiba-tiba muncul sebuah cahaya yang terang menderang dihadapannya. Luhan segera mundur kebelakang, ia menutup matanya terlalu silau melihat cahaya itu. Beberapa detik kemudian cahaya nya mulai meredup dan hilang seketika. Lalu Luhan kembali mendekat, dilihatnya seorang yeoja tersungkur di tanah, didepannya.

Luhan ketakutan sambil terus melihat yeoja itu lekat-lekat, ia menelan ludahnya. Perlahan Luhan putuskan untuk bangkit dan berjalan mendekati yeoja itu. Ia ingin memastikan yeoja itu manusia atau hantu? Ragu-ragu Luhan mengulurkan tangannya lalu menariknya lagi, mengulurkannya dan menariknya lagi. Akhirnya Luhan mengulurkan tangannya kembali dan yeoja itu berbalik melihat Luhan.

Tepat di bawah sinar bulan, mata Luhan dan yeoja itu bertemu untuk pertama kalinya. Untuk beberapa detik mereka benar-benar menikmatinya. Angin malam yang berhembus, beberapa suara serangga, bintang-bintang yang menghiasi kegelapan. ‘mata yang indah.’ Gumam Luhan dalam hatinya. Yeoja itu melirik tangan Luhan yang hendak menyentuh bahunya. Luhan dengan segera menarik kembali tangannya malu.

Yeoja itu segera duduk dengan benar. Setelah itu ia menatap Luhan lalu tersenyum manis.

“sulpuda ?” tanya yeoja itu

……………………………

Pagi hari ini Luhan bangun dengan ceria tidak seperti biasanya. Sehabis bangun ia langsung ke kamar mandi, membersihkan diri lalu turun ke bawah untuk sarapan. Hari ini Luhan memang tak punya kegiatan yang pasti. Tidak ada kunjungan ke dokter atau kelas kuliah. Jadi Luhan hanya menghabiskan pagi ini sambil memandangi bunga-bunga di taman rumah sambil mengingat sesuatu.

Flash back:

“sulpuda?”

“eh!!! Dari mana kau bisa tiba-tiba datang! Aku tidak melihat kau datang dari arah mana tadi?”

“maaf aku mengagetkan mu. Sebelum aku memperkenalkan diri aku ingin mengucapkan gomaweo pada mu. Gomaweo karena sudah membuat aku menjadi manusia. Apa kau ingat bunga azalea yang hampir mati didepan mu tadi?”

“lalu?”

“itu aku. Mengapa aku bertanya pada mu, sulpuda? Karena menurut cerita orang tua ku. Dewi Aza akan mengubah kami menjadi manusia jika saat kami menjadi bunga yang sekarat lalu diberi air mata orang yang sedang bersedih. Itu berarti kau sedang sedih ya, ?” yeoja itu mendekati Luhan

“jadi apa mau mu setelah kau menjadi manusia?”

“ehm,,, sebagai ganti pertolongan mu, bagaimana kalau aku menjadi milik mu?”

“menjadi yeoja ku?!”

“apa maksud kata yeoja ku?”

“kau tak perlu tau apa itu! Tapi yang jelas kau milik ku kan?”

“tentu saja.”

…………………………………………..

Luhan tertawa sendiri mengingatnya. Bagaimana bisa dia bermimpi lucu seperti itu? Bertemu dengan seorang yeoja cantik yang mengakui bahwa dia adalah setangkai bunga azalea yang jatuh saat dipetik seorang anak kecil. Padahal Luhan sangat senang andai ia benar-benar bisa bertemu dengan yeoja itu.

“tuan muda, anda terlihat begitu bahagia? Apakah sangat menyenangkan mengunjungi sungai Han malam hari?” Tanya seorang pelayan yang menghampirinya sambil mengantar beberapa kue dan teh.

“apa? Sungai Han ? tadi malam ?”

Luhan berfikir sejenak. Tunggu dulu, jadi kemarin sehabis dari rumah sakit ia tidak langsung pulang ke rumah? Jadi dia pergi ke sungai Han tadi malam? Berarti yang tadi bukan mimpi? Bagaimana bisa ia meninggalkan seorang yeoja sendirian di sungai Han yang gelap?

Tik… tik… tik…

Mulai terdengar suara hujan rintik-rintik membuat Luhan benar-benar tersadar sekarang. Ia langsung berlari ke mobil lalu menuju ke tempat yang seharusnya sudah dari tadi ia kesana. Hujan sudah semakin deras dan bagaimana bisa setelah ia membuat yeoja itu tidur di dekat sungai semalaman dan sekarang ia membiarkan yeoja itu kehujanan?

Begitu ia sampai, Luhan segera berlari ke tempat ia bertemu dengan yeoja yang kemarin malam. Luhan yang sudah panik dengan kondisi yeoja itu sebelumnya. Ia pikir yeoja itu pasti sudah kedinginan, kelaparan, menangis. Tapi kenyataannya yeoja itu justru sedang menari-nari senang menikmati hujan. Sementara itu Luhan sendiri kedinginan karena ia lupa mengambil payung dari mobilnya karena cepat-cepat tadi.

Beberapa saat kemudian si yeoja akhirnya menyadari kehadiran Luhan. Yeoja itu mendekati Luhan yang diam saja karena kedinginan. Si yeoja ikut berjongkok seperti Luhan lalu si yeoja mengangkat tangannya dan menaruhnya di atas kepala namja itu. Luhan merasa aneh bagaimana bisa ia tidak terkena hujan padahal ia masih mendengar suara hujan disekelilingnya. Lalu dia angkatnya kepalanya, Luhan kaget melihat yeoja itu didepannya sehingga mulai lepas keseimbangan. Tapi si yeoja dengan segera menarik tangan Luhan sebelum namja itu terjatuh ke tanah dan menahannya.

“kau pasti kedinginan. Bagaimana kalau kau sekarang pergi ke tempat yang hangat?”

“lalu bagaimana dengan mu? Kau tak kedinginan?”

“maksud mu hujan?!”

“ya..”

“apa kau lupa aku ini setangkai bunga? Aku senang hujan aku harus minum sebanyak mungkin saat ini juga, jadi nanti aku tidak harus minum lagi.”

Luhan mengajak yeoja itu ke mobilnya. Yeoja itu kemudian memegang bahu Luhan dan seketika itu juga Luhan kembali kering seperti semula sebelum ia kehujanan. Dari dalam mobilnya Luhan menonton yeoja itu yang terus menari-nari bersama hujan. Begitu hujan berhenti, Luhan segera keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri yeoja itu mengajaknya pergi ke suatu tempat. Kini mobilnya berhenti didepan suatu gedung yang besar yang dipenuhi banyak orang.

“oppa? Tempat apa ini?” Tanya yeoja itu polos sambil sibuk memperhatikan sana-sini.

“ehm.. ini namanya mall. Kau akan mendapat banyak baju cantik disini, juga alas untuk kaki mu.” Luhan menyentuh ujung hidung yeoja itu dengan telunjuk kanannya. Lalu mengajak yeoja itu masuk ke dalam.

Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah toko sepatu. Luhan memilihkan banyak sepatu yang berwarna ungu sesuai dengan dress yang dipakai yeoja itu sekarang. Tapi tak satu pun yeoja itu nyaman memakainya.

“ini coba pakai?” Luhan menunjukkan sebuah sepatu berwarna magenta dengan hiasan bunga didepannya.

“wahh.. yeppo tta..” yeoja itu segera menyambar sepatu yang diberi Luhan tapi lagi-lagi ia lemas dan memberikan nya kembali pada Luhan.

“wae??”

“oppa, permukaanya kasar sekali, ini juga kenapa tanahnya kasar? Aku jadi tidak bisa mengambil sumber makanan ku.” Keluh yeoja itu

Akhirnya Luhan memutuskan untuk membeli sebuah sepatu flat berwarna violet muda dengan manik-manik bunga kecil yang menghiasi seluruh bagian sepatu. Setelah itu Luhan mengajak yeoja itu membeli baju. Untuk yang ini bukan karena bahan, tapi Luhan pusing karena semua bajunya sangat cocok dan bagus dikenakan yeoja itu.

Setelah mereka membeli beberapa aksesoris rambut, Luhan putuskan untuk mengajak yeoja itu makan. Saat dijalan yeoja itu tak sengaja ditarik oleh seorang SPG parfum.

“silahkan coba agashi?” pelayan itu menyemprotkan sedikit parfum ke tangan si yeoja

“oh,,, wanginya.” Sementara yeoja itu asik mencium bau parfum. Si pelayan justru jadi tertarik dengan harum si yeoja.

“wahh… wanginya benar-benar menyegarkan. Agashi kau memakai parfum apa?”

“aku wangi ya, ? tentu saja aku ini kan setangkai..”

Luhan segera menarik yeoja itu sebelum ia melanjutkan kata-katanya

“maaf dia memang suka bercanda.” Lalu Luhan menarik yeoja itu pergi bersamanya.

Kini yeoja itu duduk berhadapan dengan Luhan dengan sebuah meja yang penuh dengan makanan diantara mereka. Luhan tersenyum mempersilahkan yeoja itu untuk makan makanan yang sudah dipesan olehnya. Namja yang baru kebasahan itu sangat lapar sekarang ia segera memakan makanan yang ada dihadapannya dengan lahap. Tapi yeoja itu bukannya makan malah menikmati melihat Luhan makan.

“wae? Kau tak suka makanannya?” tanya Luhan lembut

“apa itu baik untuk bunga seperti ku?” yeoja memandangi Luhan lekat-lekat

“kau suka manis?” Luhan mengangkat sebuah gelas berisi jus

“itu manis?”

“ya, cobalah..” Luhan menunjuk minuman yang berada didekat yeoja itu, ia menunggu reaksi si yeoja setelah meminum minumannya.

“air jenis apa ini? rasanya manis sekali.” yeoja itu meminum minumannya dengan senang.

“kau menyukainya nona….” Luhan berpikir sejenak ia lupa siapa nama yeoja itu atau memang yeoja itu belum pernah mengatakan siapa namanya. “siapa nama mu?”

“nama? Ireumi Jung Eunwoo ibnida.”

“oh. Eunwoo… kureom Eunwoo ya, apa kau menyukai nya?”

“ne, gomaweo ,,, ehm,, neo ireumi?

“Xi Luhan ibnida.”

“gomaweo Luhannie.”

Setelah selesai berbelanja. Luhan mengantarkan Eunwoo kembali ke taman didekat sungai Han. Tadinya Luhan ingin langsung pulang. Tapi mengapa tidak menghabiskan waktu bersama Eunwoo seharian, pikirnya. Lalu mereka berdua duduk di bangku taman sambil memandang sekeliling taman. Sampai mata Luhan terfokus pada sebuah keluarga yang sedang piknik bersama.

“Luhannie, kau sedang melihat apa?”

“oh.” Luhan menolehkan kepalanya melihat Eunwoo. “itu aku sedang melihat keluarga itu. adeul itu sungguh beruntung ya ada ommanya yang mengelus kepalanya.”

“memang Luhannie tidak beruntung? Omma Luhannie tidak pernah melakukan yang seperti itu? Omma Luhannie tidak sayang dengan Luhannie?”

“aniyo.” Jawab Luhan datar sambil melamun ke depan. “omma ku menyayangi ku hanya saja,,,” raut wajah nya yang sudah tersenyum tadi berubah seketika menjadi datar kembali bahkan matanya mulai berair saat ia tak bisa melanjutkan kalimatnya.

“tentu saja omma Luhannie pasti sangat menyayangi Luhannie. Tidak mungkin seorang omma tidak menyayangi adeulnya. Hanya terkadang semuanya tidak bisa ditunjukkan secara langsung. Suatu saat nanti pasti ada saatnya dimana Luhannie juga akan mendapatkan yang seperti itu.”

“jeongmal??” Luhan menatap yeoja itu sungguh-sungguh

“ne.” Eunwoo mengangguk-nganggukkan kepalanya. “karena itu Luhannie harus tersenyum. Karena itu lah tugas Eunwoo membuat Luhannie bahagia.” Dengan kedua jari telunjuknya Eunwoo menarik kedua ujung bibir Luhan menjadi sebuah senyuman.

Mulai dari hari itu kini hari-hari Luhan tidak sepi lagi, hari-harinya lebih berwarna. Sekarang ia benar-benar mempunyai tujuan untuk hidup, alasan mengapa ia harus bisa bertahan walau hanya untuk satu hari lebih lama lagi.

Kalau dia tidak ada nanti, siapa yang akan menjaga yeoja bunga itu? Siapa yang akan mengajarinya tentang dunia? Siapa yang akan menemaninya seharian nanti? Dan yang paling penting. Adakah seseorang yang bisa menggantikan posisinya untuk setangkai bunga azalea nan cantik itu?

Setiap malam yeoja bunga itu akan menyambut Luhan di taman dekat sungai Han. Setiap hari ada saja yang mereka bahas. Terlalu banyak hal didunia ini yang belum bisa Luhan jelaskan pada Eunwoo, yang tidak mengerti apapun tentang dunia. Tapi satu yang yeoja itu ketahui pasti. Ia benar-benar mencintai namja itu dengan segala kekurangannya.

Dimalam awal bulan april. Malam musim semi itu begitu  indah saat ini. Meskipun kegelapan sedang mendominasi taman didekat sungai Han sekarang tetap tidak dapat menutupi keindahan bunga-bunga yang bermekaran malam ini. Karena bulan dengan senang hati menyinari mereka dengan cahaya nya. Apa lagi setangkai bunga azalea yang kini menjadi manusia. Ia juga tak kalah indahnya saat berdiri mengahadap bulan, menyerap setiap energi yang diberikan dewi Aza bersama cahaya bulan.

“hey… kau datang.”  Eunwoo segera berbalik menghadap orang yang sudah lama ditungguinya dari tadi.

“kau sudah lama menunggu ku?” tanya namja yang berkulit putih itu  tersenyum malu-malu dengan tangan yang disembunyikan dibelakang badannya.

“oh . . . apa itu??”

Si yeoja berjalan mendekat ke arah namja yang tersenyum tadi. Dengan cepat-cepat sebelum yeoja itu benar-benar dekat dengannya, namja yang bernama Luhan itu  segera menunjukkan tangan kanannya yang memegang sebuah kotak berwarna ungu.

“ini untuk mu.”

“gelang?? Neomu yeppeo tta ..” Eunwoo membuka kotaknya, dilihat isinya ternyata sepasang gelang silver dengan rangkaian bunga azalea.

“ini untuk mu ..” Luhan mengambil salah satu gelang lalu memasangkannya pada tangan Eunwoo

“oh,,, ige boh ya? Hanwoo . .” Yeoja itu membaca huruf yang terangkai dalam setiap hiasan bunga azalea.

“gurae… Hanwoo itu singkatan Luhan dan Eunwoo. Otte Joah??”

“neomu . . . neomu  . . . joah !”

Mereka berdua mendempetkan tangan mereka berdua dan menggoyangkannya bersama hingga gelang nya berbunyi dan tertawa bahagia satu sama lain. Lalu mereka berbaring bersama diatas rerumputan sambil memandangi langit.

“malam ini memang sangat indah atau karena kau yang membuatnya indah?”

“ehm . . . malam ini memang indah. Aku tidak melakukan apapun.”

Eunwoo memandangi Luhan yang terlihat sedih saat memandangi langit.

“apa yang sedang kau pikirkan sekarang Luhannie?”

“aku hanya sedang berharap pada bulan. Semoga aku bisa merayakan ulang tahun ku bersama mu.”

“tentu saja. Aku akan menemani mu merayakan ulang tahun bersama. Kapan ulang tahun Luhannie?”

“20 April. Apa harapan Eunwoo saat ini?”

“Eunwoo berharap bisa menemani Luhannie selama musim semi yang indah ini.”

Lalu mereka saling menatap satu sama lain dan tersenyum. Mereka berpegangan tangan dan kembali memandangi langit malam yang bintangnya semakin banyak bermunculan. Menyimpan memori indah ini selamanya selagi bisa. Mencoba menikmatinya jangan sampai ada yang terlewat. Berusaha melupakan hari esok. Cukup hari ini saja, malam ini. Tidak bisakah waktu berhenti.

. . . . . ~ ~ ~ ~ . . . . .

Dimalam bulan April dimana masih musim semi. Sudah beberapa malam ini Luhan tak berkunjung ke taman dekat sungai Han. Yeoja azalea itu yang terus menunggu dibawah sinar bulan mulai khwatir dengan namja nya.

“haruskah aku yang mendatanginya dewi?” tanya yeoja itu pada bulan yang bersinar dilangit

“sebentar lagi musim akan berganti. Ijinkan aku bersamanya lebih lama sebelum tiba waktu ku..”

Eunwoo menundukkan kepalanya lalu ia mengangkat tangan kirinya perlahan dan menaruhnya didada, begitu juga dengan tangan kanannya.

“bawalah aku ke tempat Luhan berada sekarang.”

Setelah mengucapkannya, keluar cahaya berwarna ungu dari dalam dadanya. Dalam beberapa detik Eunwoo sudah berada di taman sebuah rumah sakit yang besar. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju sebuah jendela yang berada didekatnya saat ini.

“Luhan.” Begitu Eunwoo melihat ke dalam jendela. Eunwoo langsung kaget saat melihat namjanya terbaring lemah tak berdaya didalam ruangan itu. Tidak hanya itu, banyak alat-alat yang tidak Eunwoo mengerti menempel di tubuh namjanya. Disisi kanan ruangan didekat pintu. Terlihat seorang wanita paruh baya berpakaian rapih sedang berbicara dengan yeoja berjas putih didepannya sambil menangis dipelukkan seorang namja yang juga paruh baya.

“dok, tolong Luhan. Jebal,, aku bahkan tak bisa berada di dekatnya disaat-saat terakhirnya.”

“itu kesalahan anda sendiri nyonya. Bukankah saya sudah menelpon dan memberitaukan anda keadaan Luhan waktu itu. Lagi pula kami sudah mengusahakan yang terbaik untuknya. Kami harap kalian bisa mengerti. Dan juga keadaan Luhan saat ini tergantung pada Tuhan bukan kami.”

“justru karena itu. Nan jebal ya euisa. Selamatkan adeul ku, ijinkan aku menebus semua kesalahan ku selama ini padanya. Ambil organ ku kalau itu bisa membantu. Hiks.. hiks..”

“sekarang semuanya sudah terlambat. Seperti yang ku katakan tadi. Kami sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Semuanya tergantung Tuhan saat ini.” dengan berat hati dokter itu meninggalkan orang tua Luhan yang terus memohon padanya.

“Luhan, kau sakit selama ini dan kau tak memberitaukannya pada ku.” Gumam Eunwoo sambil memegangi kaca yang didepannya.

Tak lama kemudian orang tua Luhan keluar dari ruangan itu menyusul dokter. Melihat kepergian orang tua Luhan. Eunwoo memegang dadanya kembali, keluar cahaya dari dalam tangannya dan dalam sekejap Eunwoo sudah berada didekat Luhan.

Eunwoo memandangi wajah namja yang kini terbaring lemah didepannya. Wajah pucatnya yang tampan. Kembali teringat dulu wajah pucat itu yang selalu tersenyum manis padanya. Langkah-langkah kakinya yang selalu berlari cepat-cepat menghampirinya di tengah malam. Namja yang selalu berada disampingnya, menemaninya melihat bintang. Membuat Eunwoo mengingat kembali janjinya waktu itu. Bukankah mencintai adalah melihatnya bahagia. Kebahagiannya adalah kebahagian ku.

“kau tau Luhan, betul apa kata ku. Orang tua mu sangat menyayangi mu.” Bisik Eunwoo pelan kedalam telinga namja yang sedang terlelap itu baginya.

“nan neomu… neomu… bogosiposeo neunde. Cepatlah sadar dan rayakan ulang tahun mu bersama ku.” Terdengar suara Eunwoo semakin serak menahan tangisnya. Eunwoo dengan kedua tangannya memegang kedua tangan Luhan dan menaruhnya didada Luhan. Yeoja itu menutup matanya rapat-rapat.

“ijinkan aku menolong namja yang ku cintai. Dewi Aza.” Mohon Eunwoo dalam hatinya dengan sungguh-sungguh. Air matanya mulai keluar tetes demi tetes jatuh tepat diatas tangan mereka. Seakan dapat merasakannya, Luhan juga ikut menangis dalam tidurnya. Sebuah cahaya yang sangat berkilau dapat terlihat merambat lurus bahkan menembus kaca jendela ruangan tersebut.

Malam itu bukanlah  memang bukanlah malam yang indah seperti biasanya. Tapi malam itu menunjukkan sebuah cinta yang tulus dari kedua insan yang berbeda yang tak akan pernah mungkin dapat bersama. Apapun yang terjadi. Cinta memang tidak dapat selalu memiliki tapi cinta selalu ada, tersimpan dalam-dalam didalam lubuk hati mu yang tak akan pernah bisa kau hapus seumur hidup.

. . . . . ~ ~ ~ ~ . . . . .

Sudah dari kemarin malam keadaan Luhan mulai membaik, meskipun ia belum sadar. Wajah yang tadinya pucat kini kembali segar. Melihatnya yeoja paruh baya itu langsung tersenyum bahagia dan segera berlari memanggil dokter. Belum sempat yeoja itu kembali. Namja yang terbaring diranjangnya itu kini membuka matanya. Ia sudah sadar sekarang. Ia membelalakkan matanya lebar-lebar. Wajah yeoja itu langsung muncul dipikirannya begitu ia sadar.

“Eunwoo… Eunwoo sudah menunggu ku sekarang.”

Tanpa pikir panjang lagi. Luhan segera melepas semua alat medis yang menempel di tubuhnya. Tanpa memperdulikan apa yang dipakainya saat ini, ia langsung mengambil jaket yang ada di lemari. Mengambil sebuah kunci mobil yang berada diantara kunci mobil lainnya yang ada diatas meja. Dia berlari secepat mungkin menuju mobilnya dan mengemudikannya ke tempat seharusnya ia berada saat ini.

. . . . . ~ ~ ~ ~ . . . . .

Begitu Luhan sampai, ia segera keluar dari mobilnya dan berlari. Tepat saat ia sampai di tempat biasa. Yeoja yang sedang menghadap bulan itu langsung berpaling menghadapnya dengan sebuah senyuman.

“seungil cukhae^^” yeoja itu mendekat kea rah Luhan dengan sebuah kue ulang tahun ditangannya. Ada lilin angka 20 juga yang menyala diatasnya. Luhan bahkan lupa kalau hari ini ulang tahunnya. Jadi ia bisa melewati umurnya yang ke-20 rupanya. Bahkan ia merayakannya dengan yeoja yang sangat ia cintai.

Kini mereka berjalan-jalan mengelilingi taman sambil bergandengan tangan. Malam ini langit terlihat lebih gelap dari biasanya. Mungkin karena itu juga bintang-bintang yang muncul lebih banyak kali ini. Bulan juga tak mau kalah mengeluarkan sinar yang sangat terang. Tidak seperti biasanya, angin berhembus cukup pelan. Semuanya seakan serempak menghibur kedua insan yang saling mencintai itu hanya untuk malam ini.

“Luhannie, bukankah aku sudah memenuhi janji ku pada mu?”

“ne. Lalu apa yang kau inginkan sebagai gantinya?”

“bisakah kau berjanji sesuatu pada ku?”

“apa itu? Katakanlah..”

“kalau ku katakan. Kau akan memenuhinya?” Eunwoo menatap Luhan sungguh-sungguh. Membuat Luhan menyadari kalau malam ini Eunwoo lebih cantik dari biasanya. Luhan segera menganggukkan kepalanya, mengkaitkan kelingking kanannya pada kelingking kanan yeoja itu.

“kau tau aku hanyalah setangkai azalea yang berubah menjadi manusia berkat air mata mu. Sebenarnya tidak hanya sampai disitu. Setangkai bunga yang sudah dipetik dan terjatuh bukankah mereka akan tetap mati? Begitu juga dengan ku. Hanya sebagai hadiah karena aku bunga yang terbuang aku diberi kesempatan untuk hidup sebagai manusia hanya selama musim semi. Aku pikir aku dapat melewati akhir musim semi ini bersama mu. Tapi sepertinya itu sudah tidak mungkin lagi sekarang..” tiba-tiba ucapan Eunwoo dipotong Luhan

“karena kau telah menyelamatkan ku?” Luhan sambil mencoba tersenyum pada yeoja yang disampingnya itu. meski air matanya sudah menggenangi mata.

“bagaimana bisa kau mengetahuinya?”

“aku memimpinkannya dan ternyata itu nyata ya rupanya..” Luhan berusaha bersikap seakan ia baik-baik saja saat ini. Berpura-pura tidak ada yang terjadi.

“ayo kita duduk memandangi langit!” Eunwoo langsung menduduki rumput yang diinjaknya. Disusul Luhan yang juga duduk disebelahnya.

“ayo kesini! Bersandarlah di bahu ku.” Luhan menepuk-nepuk pundaknya yang sebelah kanan. Eunwoo tersenyum dan mendekat, menyenderkan kepalanya dibahu Luhan.

“bukankah malam ini lebih indah dari biasanya??” Eunwoo mengangkat kepalanya menatap mata Luhan. Namja itu mengangguk puas sambil menundukkan kepalanya. Menabrakkan dahinya tepat diatas dahi Eunwoo.

“kau tahu Luhan. Aku tidak pernah menyesal sekalipun bisa mendapat air mata mu, hidup bersama mu, mencintai mu, menukarkan segalanya yang ku miliki untuk kebahagian mu. Bahkan hari-hari ku menjadi indah karena kau selalu berada disamping ku. Aku bersyukur sekali bisa pernah memiliki mu dalam hidup ku yang singkat ini.”

“na do. Aku bahkan lebih, lebih dan lebih lagi bersyukur bisa mendapatkan mu sebagai penghias hidup ku yang begitu suram.” Luhan mencium pipi Eunwoo membuat yeoja itu kaget dan menahan pipnya yang merah.

“berjanjilah untuk tidak membenci musim semi, meskipun kau harus kehilangan ku di musim semi.”

“wae??”

“karena aku sangat menyukai musim semi.”

“kenapa kau menyukai musim semi?”

“karena aku bertemu dengan mu di musim semi.” Jawab Eunwoo polos sambil tersenyum bahagia. “sekarang sudah saatnya.” Eunwoo melihat bulan dan menganggukkan kepalanya. Luhan mulai takut mendengar ucapan Eunwoo. Yeoja itu melepaskan tangannya dan menaruh tangan Luhan bersama tangannya didada namja itu.

“tutuplah mata mu. Jadi semuanya ini tidak akan terasa terlalu sakit nantinya.” Perintah Eunwoo dan Luhan menutup matanya meskipun butiran bening itu terus keluar dari matanya.

“Anggaplah aku seorang putri yang terkena sihir dari nenek tua yang jahat. Jadi saat kau buka mata mu nanti kau harus segera mencari cara untuk menemukan ku. Sampai akhirnya kau menyerah dan malah bertemu yeoja yang lebih cantik dari ku.” Eunwoo mencium lembut pipi namja itu. Dapat dirasakan Luhan air mata Eunwoo yang ikut membasahi pipinya.

“aku pergi. Jaga diri mu baik-baik.” Perlahan tubuh Eunwoo berubah menjadi kumpulan cahaya berwarna ungu. Berkas-berkas cahaya itu beterbangan menuju bulan. Sebagian kecil berubah menjadi bunga azalea yang sama persis seperti bentuk Eunwoo sebelum ia mendapat air mata Luhan.

Saat ini Luhan sungguh tidak ingin membuka matanya. Lebih baik ia terus menutup matanya dan berpura-pura Eunwoo masih berada disampingnya. Tapi itu sungguh tidak mungkin. Takut-takut, pelan namja itu membuka matanya. Air matanya terus mengalir semakin deras. Apa lagi ketika ia melihat bunga azalea ungu yang digenggamnya saat ini.

“kenapa setelah aku membuka mata ku. Rasanya bahkan lebih sakit Eunwoo-ya. Hiks.. hiks.. apa aku bisa hidup tanpa mu?” Luhan berusaha menahan air matanya sambil memandang bulan. Untuk sejenak Luhan menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan ke udara. Ia berusaha tersenyum sambil mengusap air matanya. Tertawa walaupun hatinya masih perih sekali.

“bukankah aku harus memenuhi janji ku??” sekarang Luhan sudah benar-benar bisa tersenyum memandangi bulan meski air matanya masih tersisa sedikit.

. . . . . ~ ~ ~ ~ . . . . .

Dimalam menjelang musim panas. Luhan mendatangi taman didekat sungai Han. Luhan akhirnya datang lagi malam ini setelah malam itu. Kali ini sudah tidak ada lagi yeoja yang suka menghadap bulan berbalik menyambutnya. Kini ia duduk sendirian memandangi langit. Sebenarnya tidak benar-benar sendiri juga karena ia membawa setangkai bunga azalea berwarna ungu yang masih terlihat segar sejak hari itu. Luhan menaruh bunga itu disebelahnya. Ia memandangi langit yang tak kalah indah seperti yang sudah-sudah.

“Eunwoo-ya kau disana??” tanya Luhan pada langit dan setangkai bunga yang ada disampingnya.

“hari ini musim semi berakhir dan musim panas telah tiba. Seperti janji ku pada mu. Aku tidak akan membenci musim semi. Tapi musim panas juga bukan musim yang baik..”

“Eunwoo-ya,, gomaweo karena kau selalu berada disamping ku meski hanya setangkai bunga ini yang menjadi wakil mu.”

“Eunwoo-ya . . .” Luhan memegang tangkai bunga itu sungguh-sungguh sambil menutup matanya. Kenangannya bersama Eunwoo mulai dari pertama bertemu hingga perpisahan mereka kembali berputar di kepala Luhan. Perlahan air mata itu mulai menetes lagi meskipun Luhan masih menutup matanya rapat-rapat. Berharap kalau semuanya masih bisa berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang berakhir saat ia membuka matanya nanti. Tapi sinar bulan malam itu terasa lebih hangat dari biasanya. Seakan ingin mengelus Luhan yang tengah sendirian di malam yang kembali sepi ini.

I miss you, I run to you
I knock, you give a surprised smile
Your round smile caresses the whole world

Don’t cry, don’t leave
Stay by my side
You are my warm spring                              ~Sung Si Kyung – You Are My Spring~

~ I Found and Lost You in the Spring ~

Tbc…

*bunga azalea itu bermaksud “jaga diri mu baik-baik” di Korea. Bunga ini sering dijadikan puisi oleh mereka. Banyak menjadi cameo di drama-drama Korea. Tapi bunga ini sendiri bersumber dari China. Jadi banyak legenda China tentang bunga ini sampe susah cari diinternet nya. Di China bunga ini melambangkan wanita.

wah… haha.. ini ff terlama yang pernah author buat. Reader *ga peduli*. Ah,, ada yg ingat ff wolf and an azalea. Nah ini versi sad ending nya. Sebenarnya ini duluan sebelum wolf and an azalea. Tapi baru jadi sekarang. Terinspirasi dari lagu Sung Si Kyung- You Are My Spring dan ending Gumiho is my girlfriend.. keke… author udah mengakui semua ide author. Jadi jangan ada yang ngomong jiplak… ok.. pure my delusion.

3 pemikiran pada “I Found and Lost You in the Spring

Tinggalkan komentar